Your alt title

rioferi

Cieh Pemuda, Disumpahin

Sumpeh, Pemuda? 

Cieh, pemuda.. disumpahin.. 

Dulu waktu gue masih sekolah (iya, gue juga sekolah kali. Gak sopan lu..) setiap tanggal 28 oktober, gue selalu dipaksa untuk ikut upacara memperingati hari sumpah pemuda. Seharusnya waktu itu gue bolos upacara aja dan milih untuk malakin PNS yang lewat. Entah kenapa tiba-tiba mikir bahwa hal itu keren untuk dilakukan. Sayang aja gue udah lulus. 

Salah satu rutinitas dalam upacara adalah wejangan dari inspektur upacara. Dan gue benci momen itu meskipun temanya nyambung. Tapi sumpah bikin ngantuk. Kalo aja inspektur upacara itu ngerti bagaimana dahsyatnya rasa kantuk peserta upacara macam gue waktu dengerin ‘amanat’ dari dia, pasti dia bakal milih stand up comedy atau cerita soal chibi marukochan. Atau jangan-jangan waktu sekolah, dia gak pernah ikut upacara. Mungkin suka pura-pura pingsan biar bisa tidur di UKS. Jadi gak paham penderitaanya. 

Meskipun lebih milih pura-pura mati daripada ngikutin ‘amanat Pembina upacara’ saat upacara sumpah pemuda, gak papa kali ya, kalo gue bahas seujung-kuku pembahasan soal sumpah pemuda. Ijinkan gue untuk memulainya dari menelisik isi sumpah pemuda. 

Pertama:
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA. 

Yap, sebagai Putra-Putri Indonesia, kita memang harus bertumpah darah satu demi tanah air. Maksud gue, ini maknanya denotasi. Bertumpah darah satu demi Tanah dan Air. Harga tanah sekarang mahal cuy. Semeternya aja udah berapa. Adakah di Indonesia ini Tanah yang harganya seluas tanah kubur tapi luasnya seluas tanah lapangan? Juga dengan air. Cuy! Gue tinggal di Kota yang kalo mau nyemplung ke laut, jaraknya lima langkah doing. Tapi soal, air bersih, naudzubillah susahnya setengah idup. Mau dapet air bersih harus sabar nunggu jatah ‘aliran air’ dolo. Saking desperatenya soal jatah air ini, ada yang mandi pake air dari hasil koret-koret es di freezer. 

Jadi, gue sudah bertumpah darah soal Tanah dan air. Lo? 

Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA 

Ini pasti anak Ilmu alam pada gak setuju. Menurut ilmu bilogi yang anak IA pelajari sebanyak 6 jam sehari, Manusia itu termasuk Bangsa Homini. Jadi kalo Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa Indonesia, mungkin perlu ditelisik lagi dari mulai kingdomnya, Animalia. Atau mungkin aja kita ini bangsa homini yang cuma ngaku-ngaku berbangsa Indonesia? Hihihi.. dalem cuuuy. 

Untung aja di Indonesia, meskipun banyak, suku bangsanya bisa dipersatukan dengan beragam lambang kebangsaan. Coba bayangkan kalo Indonesia sukunya ada dua, suku air utara dan selatan. Pas kita diserang Negara Api, bukan Menteri Luar Negeri yang bakal jadi mediatornya. Tapi Avatarlah orangnya. Itupun nunggu dia ngilang dulu selama 100 tahun. Baru dia akan secara heroic datang di tengah pertempuran sambil naik banteng terbang. Gak lupa selfie dulu dan check in di path. Ini gue ngomongin apa sih? Kalo demikian, bunyi sumpah pemuda kita pasti diawali dengan “Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, Tanah, Air, Api, Udara, dahulu kala keempat elemen hidup damai, namun semuanya berubah sejak Negara api menyerang”. 

Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA 

Nah ini. Ini. Bahasa adalah masalah yang pelik untuk dibahas. Tau sendiri gimana keadaan dunia ‘bahasa’ kita sekarang ini. Bahasnya udah gak bisa dideskripsikan lagi. Bahkan Yus Badudu juga bakal milih nenggak racun daripada disuruh memperbaiki penggunaan bahasa sekarang ini. Gue sendiri kalo ditelisik dari tulisan blog, udah ketularan parah sama ‘penyakit-bahasa’ yang saat ini lagi menjangkit. Gak perlu kaidah bahasa, yang penting bisa dipahami dan GAOL. Hahaha. Emang bahasa gue gaol? Biasa aja keleuuus. 

Anak muda sekarang kan kalo gak nulis ala-ala plat kendaraan yang campur aduk angka sama huruf, mereka belum bisa dibilang gaul. Mereka belum gaul kalo belum bisa nemuin bentuk lain dari sebuah kata. Nyebut kali aja keleus. Nyebut banget aja bingits. Setiap akhir kalimat selalu ditambahin ‘binggow’. Biasa aja keleeeeuuuus. 

Penggunaan kata-kata yang semacam itu menurut teori gue, mereka adopsi dari media sosial yang sepertinya menuntut mereka mengikuti ‘trend-bahasa’ yang sedang terjadi. Gue sih gak masalah sebenernya. Tapi pernah nih, gue chat sama orang di fb messanger, kemudian si orang-itu-yang-ngakunya-sangat-gaul-dibuktikan-dengan-tangannya-jempol-semua pake auto text sebagai bahasa pengantar. 2 menit chat sama dia, Gue langsung ikut operasi katarak masal. 

Gue takut kalo generasi sekarang bahasanya terlalu dipengaruhi dengan apa yang happening di socmed, mau sekeren apapun jatohnya jadi jomplang cuy. Misalnya aja nih, Lu atau sodara lu lolos seleksi paskibra nasional dan kepilih jadi komandan kelompok pula. Tapi dia suka nonton video syahrini di youtube. Pas mau kasih aba-aba… 

“Langkah tegak majuuuuu……. Cantiiik.. cantiiik.. mundur lagi.. mundur lagi… cantik…” 

Kalo sampai itu terjadi, tolong segera sadarkan dia dengan panah beracun. 

Anyway, Isi dari sumpah pemuda kan yang menyerukan adalah ‘putra dan putri’, nah sampe sekarang, yang bisa ‘go international’ Cuma Putri Indonesia. Kemana ini Putra Indonesia? Sibuk bikin boysband kah? Atau sibuk meskipun sekedar jadi penonton hura-hura dengan modal tarian jemur-kucek? 


Seandainya dulu, naskah sumpah pemuda bukan menuliskan ‘putra dan putri’ tapi just ‘pemuda’, gue rasa akan lebih greget. Toh namanya aja sumpah pemuda, kenapa musti pake ‘putra dan putri’ ? Apakah ini sebagai bentuk konfirmasi tertulis bahwa di Indonesia cuma ada putra-dan putri? Tidak ada Putra yang keputri-putrian atau putra keputra-putraan? Tapi kayaknya gak deh. Kalo judulnya udah Sumpah Pemuda, it means berlaku untuk semua makhluk yang mengklaim dirinya sebagai pemuda. Ya, meskipun kamu adalah laki-laki berdaster, wanita body Ade Rai, bahkan masuk jenis tumbuh-tumbuhan merambat sekalipun, kalo lu ngaku pemuda, Sumpah pemuda itu buat kamu! 

Gue juga bukan type pemuda pejuang dengan rasa nasionalis tinggi yang doyan koar-koar soal ‘how to practice the sumpah pemuda text nowadays”. Da aku mah apa atuh, masak mie instan aja pake air tremos. Pikirin aja yang simple, gak perlu nolak beasiswa ke Venezuela lantaran ngaku terlalu cinta tanah air. Gak perlu nolak di ajak liburan ke Phuket Beach lantaran takut ketemu Hantu pengantin Phuket Goyang Pinggul doyong ke kanan sok diplomatis dengan bilang pantai di Indonesia lebih bagus. Gak perlu sok pake bahasa baku sesuai dengan EYD yang telah disempurnakan pas ngomong sama semua orang dengan pake segala jenis majas, metafora, personifikasi, metonimia, sinestesia, anastasya, Annabelle, cherrybelle. Gak perlu cuy. 

Just make a simple way. Do a right thing right. 

Terserah pada kalian, bagaimana memahami dan memaknai Sumpah Pemuda. Tapi satu hal, kalo kalian anak gaul dan alay, kalian gak akan paham apa itu sumpah pemuda. Sebab yang kalian tau itu adalah 5Ump41-1 p3mO3d4. 

Cumpah? Miapah?

Posted on
Tuesday, October 28
Filed under:

Subscribe
Follow responses trough RSS 2.0 feed.

No Comments Yet to “Cieh Pemuda, Disumpahin”