Seneng rasanya kalo log in ke facebook dan ternyata ada beberapa notifikasi. Hari itu juga begitu, waktu Gue log ini di facebook lagi setelah sekian lama, Gue nemuin ada beberapa notifikasi. Setelah Gue buka, ternyata ada notifikasi bahwa seorang kawan telah ‘menandai’ (tagging) kita di salah satu foto yang diupload. Gue pikir itu adalah foto yang beneran ada Gue-nya. Tapi begitu Gue klik, ternyata itu adalah gambar parfum dengan merk terkenal. Gue gak tau kenapa kawan Gue satu ini ngetag Gue ke foto beginian. Hadiah kah? Kemudian Gue baca deskripsi singkat dari gambar parfum itu. Gue mendapati kalimat yang amat sangat marketing.
Bvlgari jasmin noir kw price : Rp. 85.000,- berminat sms ke 08xxxxxxxxxx atau inbox disini.. *delivery order ^^
Hari berikutnya dia ngetag foto lagi. Kali ini bukan hanya satu jenis parfum. Tapi beberapa jenis. Semua katalognya dia tag ke Gue. Oke. Gak papa. Kawan baik..
Beberapa hari berikutnya ada kawan lain yang ikutan ngetag Gue di foto jualannya. Kali ini beda jualan. Bukan parfum. Tapi krim walet super. Gue masih biarkan. Masih dengan dengan alasan yang sama. Kawan sendiri. Hari-hari berikutnya makin banyak kawan yang punya bisnis online dan nama Gue selau jadi langganan tagging di foto produk yang mereka jual. Dari mulai yang wajar seperti kemeja, gadget, kue kering, kue basah, parfum sampe yang agak weird untuk dilihat kayak krim walet dengan foto cewek ala before after, bahkan krim syahrini beserta kaftannya pun gak luput.
Gue agak gak ngerti kenapa mereka ngetag nama Gue di foto jualan. Mungkin itu semacam pesugihan. Jadi dengan ngetag nama Gue di gambar produk, maka produk yang dijual bakal laris manis. Cih... Gue ngerasa kayak Monyet jadi-jadian sesembahan pesugihan yang doyan jadi downline MLM.
Lama kelamaan Gue jengah juga. Gue ngerasa wall Gue di facebook jadi semacam katalog online toserba. Semua barang ada. Ini kok malah jadi kayak Gue yang jualan online saking banyaknya gambar produk yang nampang. Akhirnya Gue putuskan untuk mengubah pengaturan facebook agar semua gambar yang ditandai ke Gue, gak bisa dilihat oleh semua orang. Hanya antara Gue dan si penanda yang bisa lihat. Dan hasilnya, beberapa hari setelah itu, gak ada lagi yang ngetag foto atau gambar.
Gue mau bilang sesuatu. Tapi Gue gak bermaksud untuk menyudutkan gender atau bermaksud jelek. Tapi kenyataannya memang yang punya bisnis online model begituan adalah cewek (menurut pengalaman sendiri). Ini relatif memang. Tapi wajar sih. Mengingat sepertinya perempuan sah untuk menjual apapun. Bayangkan kalo laki-laki jualan krim pemutih atau krim walet? Memang sih gak papa. Halal. Tapi kan… ah sudahlah.. Gue aja yang baru mengutarakan untuk bikin bisnis online jualan bedak dingin, ditentang oleh keluarga besar. Katanya laki-laki kok jualan bedak dingin. Terus jualan apa dong ya? Mungkin kalo gadget masih wajar. Kalo mau sih, bisa jualan “minyak arab pelebat bulu”. Cocok kali yang jualan cowok.
Seluruh dunia ini mungkin sudah banyak cewek yang buka usaha online shop. Kerjaanya tiap hari belanja barang kemudian dijual kembali. Sementara para cewek yang gak punya bisnis online, boleh memilih untuk jadi alien yang datang dengan damai atau menikmati peran sebagai konsumen. Para cowok? Hanya bisa pasrah menerima perannya sebagai pelampiasan. Haha.
Gue sih sebenernya gak ada masalah dengan orang yang buka online shop, terlebih yang suka ider di facebook. Tapi begini, apakah yakin bahwa orang yang ditag namanya itu adalah orang yang tepat? Maksudnya, kita bicara soal marketing, kenapa kalian menyasar konsumen tanpa memikirkan segmentasi? Cobalah berstrategi dalam berjualan. Sasarlah konsumen dan calon kinsmen yang potensial. Gunakan teknik sniper, bukan teknik rambo. Lagian gak semua orang suka dan rela namanya dicomot tanpa ijin. Kalo barang kalian laku, pernahkan berterima kasih? Adakah upah kepada nama-nama yang dicomot tadi? Mungkin saja salah satu pembeli kalian justru bukan yang kalian tag. Tapi orang lain yang tidak kalian comot namanya. Bisa saja kan?